Kamis, 15 September 2011

Rollei 35SE, what a simple camera


Suatu hari, pas lihat orang jualan di forum, ketemu kamera ini.
Cukup menarik, karena lensanya adalah lensa yang saya cari. it's a SONNAR !!!
Dulu, lensa LTM saya pertama kali = 40mm f2.8 HFT Sonnar M39 mount, nempel bareng sama Rollei 35RF. By mistake, saya tukar lensa itu dengan 2buah lensa leica + 1 body leica jadul.. what a regret..
cuma sempet nyoba satu roll film dengan lensa itu, hasilnya, a very-very Sonnar quality.

Back to present time, saat melihat lensa yang "sama" di body Rollei 35SE, sempet tergiur pikiran untuk meng-adaptnya ke LTM lagi, mungkin dengan bantuan body lensa-lensa tua rusia. Akhirnya dengan memberanikan diri, saya kontak penjualnya, dan dapatlah sebuah kamera rusak dengan lensa idaman.

Setelah sampai, cek sana sini, ada berapa issue :
- kokangan film ngelock, nggak bisa ngokang lagi
- kaca luar sensor cahaya nggak ada , jadi bolong kelihatan sensornya
- lensa ada jamur dikit
- kulitnya body berantakan,
- light meter belum tentu nyala
- viewfinder ada debu/kotor dikit
Lainnya, mantap..!

Sembari mencari cara biar bisa di adapt ke LTM, iseng-iseng saya buka assemblynya, siapa tau ada banyak petunjuk. bongkar sana sini, mungkin sampai 3-4 kali bongkar top cover, pelajari assemblynya, + 1x buka front panel (hampir semua komponen sebenernya nempel di front panelnya), akhirnya si Rollei malah jadi bener. Kokangan lancar (system lockingnya awalnya karatan, jadi nggak mau balik release), lightmeter nyala dan anehnya jauh lebih akurat dari yang di spec, speed lancar, aperture mulus, focus oke, kulit sudah baru, test roll deh 1 film.

Hasilnya, langsung jadi teringat kenangan lama sama si sonnar LTM, saya akui lensa si imut rollei mantap sekali!! Sementara ini nggak jadi dijunk buat di LTMkan, mungkin nanti kalau dapat lagi, boleh lah..

Wide open, close focus, check bokeh.

Beberapa hal yang bisa dishare tentang mekanisme rollei :
- lightmeter aslinya pakai batre 5.6V, tapi saya baca di banyak tempat, dengan 6V pun nggak masalah. saya  sedikit bermasalah mencari baterai 6V, saya coba stack 4biji LR44, kegedean, akhirnya saya beli batre untuk alarm mobil (12V) duracel/alkaline, trus saya bongkar casingnya, didalamnya saya dapat 8 biji batre koin kecil-kecil (LRxx ?), lalu saya stack 4biji jadi 6V, saya tape, dan di guide dengan tape foam kanan kirinya, diberi spring, jadi deh si rollei menyala... bonusnya, batrenya bisa dibeli di supermarket, satu batre bisa jadi 2 stack 4pcs each.
- lightmeter tidak dikompensasi secara elektronik, tapi secara mekanikal oleh si speed/aperture/iso dial
jadi ada semacam neutral density filter yang bergerak didalamnya untuk mengurangi cahaya. posisi FULL open si filter, secara manual, di set di 1/30s f2.8 @iso100 (ini batas terendah cahaya mampu di meter, ev8). kalau kita set kombinasi speed/aperture lebih rendah lagi dari ini, display metering akan tunjukin out of range karena ada switch yang tertekan oleh kombinasi 1/30s f2.8 tadi.

Bottom of the camera

Somehow, pas saya set mekanisme filternya di posisi ini, trus meter cahaya, saya bisa mengukur hampir 2-3 stop cahaya lebih rendah dari ev8. saat saya bandingkan dengan light meter lain, dengan cahaya yang sama, saat lightmeter external menunjukkan cahaya = 1/30s f2.8 @ iso 200, di rollei saya dapat setting yang sama saat iso saya turunkan ke iso25. dengan begini, saya bisa menggunakan kombinasi 1/4s f2.8 dengan film iso 200 (di kamera di set iso25) tanpa menyenggol  batas mekanikal metering. Mungkin gara-gara kaca didepan sensor hilang ?
- kamera ini tidak bisa dikokang setengah-setengah, harus dikokang full single stroke. Ada mekanical stopper untuk kokangannya, saat kita kokang full stroke, kerasa tensionnya tiba-tiba loss trus mentok. Itu artinya kamera terkokang sempurna + dibatasi sama mekanikal stopper untuk stop. Kalau anda kokangnya setengah setengah, tiba-tiba kerasa tensionnya loss, mekanikal stoppernya belum kena, jadi mungkin anda kelebihan mengkokangnya kalau setelah loss diterusin sampai mentok, alhasil, saat dipotret, speed diagram mau menutup tapi terhalang karena mekanisme kokangan masih separo jalan untuk frame berikutnya. rugi lainnya, framenya juga ikut geser separo jalan,
- mekanisme aperture dial sebenarnya hanya mengatur aperture, tidak mengatur density filter. mekanisme iso dial yang menempelkan mekanisme density filter ke aperture dial. karena pada akhirnya mereka berputar bersamaan, jadi seolah density filter berubah saat aperture diputar.
- masang rewind lever adalah hal yang cukup repot karena posisinya cukup susah (harus ngepasin pin ke ceruk didalam kamera body)

scale focus, error

Beberapa hal yang menarik di kamera ini :
- Lensa : dibuat oleh Rollei, tapi design CARL ZEISS. Sonnar 40mm f2.8 HFT !!!
- Shutter : Compur, 1/500s-1/2s + B, Full mekanik gak butuh batre, bisa sync sampai 1/500s

flash, sync up to 1/500s

- Baterai : hanya untuk metering
- Rewind film : dibawah, kalau mau ngecek filmnya muter saat dikokang, lihat area tengah si rewind film
- Mekanisme ruang film : will make you sure you have flat film !
- Flash : sangat membingungkan memposisikan kamera dengan enak dan menggunakan flash
- Body : top cover brass, bottom cover ??, overall imut masuk kantong baju
- it's so classic !!!

the viewfinder



1 komentar:

  1. trimakasi review rollei35 nya mas, sangat membantu buat saya yg masi baru pegang rollei, cara untuk pengaturan fokus di rollei gimana ya mas?

    BalasHapus