Jumat, 25 Juni 2010

Simple Photography : The Aperture Effects..

Setelah tau apa itu Aperture, sekarang saatnya kita bahas apa efeknya terhadap gambar.

Aperture bisa dibuka wide open (dibuka maksimum) atau ditutup (stopdown) sesuai kondisi cahaya. Misalkan di lensa 50mm f2 saya, memiliki aperture wide open = f2, dan bisa distopdown sampai ke f22.

Apa efeknya terhadap gambar (selain gelap terang) ?

1. DOF (Depth Of Field), atau ruang ketajaman.
Saat saya focus di 1 meter (misalkan, dengan lensa 50mm f2 tadi), sebenernya bukan 1,00 meter saja yang tajam gambarnya. Pilihan aperture anda akan mempengaruhi ruang ketajaman yang terbentuk.
Apa itu DOF/Ruang Ketajaman ?
Bayangkan anda mengambil dua lembar kertas, satu ditaruh di jarak 95cm dari anda, dan satu ditaruh di jarak 110cm dari anda, diantara dua kertas itu adalah ruang ketajaman, DOF, yang ditimbulkan oleh si lensa saat anda focus di 1meter dengan aperture f2. ruang itu juga menyebar ke kanan kiri atas bawah, tapi jaraknya terhadap anda selalu tetap (bayangkan kertasnya melebar seperti tembok, ruangan diantara dua tembok itulah DOF).
- Aperture yang besar (f2 misalkan) membuat DOF menyempit,
- Aperture yang kecil (f22 misalkan) membuat DOF melebar, bahkan bisa sampai jarak infinity(tak terhingga).
Ada beberapa cara untuk tau seberapa lebarnya DOF yang anda dapatkan, tapi itu akan dibahas di topic DOF.. lihat gambar dibawah untuk komparasinya :

Gambar berikut adalah dari lensa 50mm f2, difocus ke tiang pertama yang terlihat, dengan aperture diset f2.8.

DOF yang tercipta cukup sempit, hanya area tiang saja yang tajam, area didepan dan dibelakangnya langsung kabur. Perhatikan juga pohon-pohon di latar belakangnya, semua tampak semakin kabur saat jaraknya semakin jauh.

Speed yang didapat untuk aperture f2.8 sekitar 1/2000s.

Bandingkan dengan gambar berikutnya :

Ini diambil dengan lensa yang sama, kondisi cahaya yang sama, jarak focus yang sama, tetapi aperture di set f22.
Anda bisa lihat ruang tajamnya telah menjadi lebar, hampir semua area tajam, anda bisa lihat pohon-pohon dikejauhan dan besi-besi yang lebih dekat pun terlihat lebih jelas.

Speed yang didapat sekitar 1/30s.

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, dalam kondisi cahaya yang sama, kita bisa memilih kombinasi aperture/speed yang berbeda tetapi menghasilkan exposure yang sama. Kalau dilihat di atas, 1/2000s f2.8 sekilas menghasilkan exposure yang sama dengan 1/30s f22 dari sisi gelap terang.

2. Efek Ketajaman.
Mungkin anda berpikir efek ini sama dengan DOF, sedikit mirip, tapi berbeda.

Kalau DOF berbicara tentang ruang yang tajam, Efek Ketajaman berbicara tentang seberapa tajam area si DOF..

Perhatikan contoh ini :
- Saat saya pakai lensa 50mm f2, dengan aperture diset f2 (wide open), focus di 1 meter. akan dapat DOF misalkan dari 95cm sampai 110cm. Area DOF itu tajam tentunya.

- Saat saya pakai lensa lain, 50mm f1.4, aperture diset f2 (tidak wide open), dengan semua kondisi disamakan dengan contoh diatas, akan dapat lebar DOF yang sama (95cm-110cm), TETAPI area DOFnya lebih tajam.

Why, karena disana, lensa 50mm f2 menangkap gambar di posisi wide open, sementara lensa 50mm f1.4 menangkap gambar di posisi yang tidak wide open.
Ketajaman area DOF, biasanya akan lebih bagus saat anda stopdown aperture sekitar 1-2 stop dari posisi wide open. Itulah kenapa lensa ke-dua memberikan ketajaman yang lebih daripada lensa pertama di contoh kasus diatas.

Hal ini bukan berarti semakin kecil aperture anda, semakin tajam hasilnya, tidak. Efek Ketajaman meningkat sampai pada titik optimal sekitar 4-5 stop dari wide open, setelah itu ketajaman tidak meningkat lebih banyak. Misalkan di lensa 50mm f2, ketajaman optimalnya didapat saat aperture dipakai di f8.

Setau saya efek aperture minimum ya cuma dua itu, kalo ada yang lain yang terpikir, saya update lagi. Silahkan dilanjutkan bacanya..moga-moga gak nambah bingung

Senin, 15 Maret 2010

Simple Photography : The "BASIC" of exposure !!

Setelah anda membaca blog saya sebelumnya, hanya ada dua parameter yang ada dikamera untuk mengatur banyaknya cahaya, yaitu Aperture, dan Shutter Speed (selanjutnya saya bilang "Speed" saja).

Masing-masing parameter tersebut bisa menambah cahaya 1 stop, entah lebih terang atau lebih gelap. Berikutnya akan saya beri tahu sebuah konsep dasar dari pengaturan cahaya.

"Dalam sebuah kondisi cahaya tertentu, banyak kombinasi Aperture dan Speed yang bisa digunakan"

Misalkan anda arahkan kamera anda ke suatu pemandangan, anda nyalakan sistem metering kamera anda untuk mengukur cahaya. Hasilnya ialah "exposure value", yang berupa kombinasi speed dan aperture mana yang akan menghasilkan exposure yang "pas" gelap terangnya.

Untuk contoh kasus, saya ambil contoh exposure value yang anda dapat = 1/250s f4 (speed 1/250s, aperture = f4). Perhatikan kombinasi dibawah ini :

1/60 f8
1/125s f5.6
1/250s f4
1/500s f2.8
1/1000s f2

Kombinasi yang ditunjukkan oleh kamera ialah yang di tengah, 1/250s f4. Seandainya saya tidak suka kombinasi itu, dan mau menggunakan speed 1/500s (1 stop lebih gelap dari 1/250s, atau cahaya berkurang 1/2-nya), maka saya harus menambah cahaya dengan membuka aperture lebih lebar 1 stop = menambah cahaya 2x lipat lewat aperture. Total cahaya yang masuk ke sensor akan menjadi : 1/2 (speed naik) x 2x (aperture lebar) = 1, SAMA dengan cahaya di kombinasi 1/250s f4.

Jadi, dalam kondisi cahaya tersebut, gambar yang diambil dengan setingan 1/250s f4 akan sama GELAP TERANG-nya dengan gambar yang diambil dengan seting 1/500s f2.8 atau 1/1000s f2 atau 1/60s f8. Why, karena cahaya ditambah dari salah satu parameter, dan dikurangi oleh parameter yang lain, jadi hasilnya sama. Kesimpulannya : dalam sebuah kondisi cahaya tertentu, ada banyak kombinasi exposure yang bisa kita gunakan !

Lalu apa bedanya gambar yang diambil dengan setingan 1/1000s f2 dengan 1/60s f8 ?
Secara gelap-terang, SAMA. Bedanya ialah di "EFEK" yang dihasilkan oleh speed dan aperture itu. Efek speed 1/1000s pada gambar, tentu berbeda dengan efek speed pada 1/60s, demikian juga dengan aperture. Baca lagi nanti ya penjelasannya.. yang penting sekarang ngerti dulu kalo sebenarnya banyak pilihan exposure yang bisa diambil, tetapi hanya satu pilihan yang bisa dilakukan.

Sabtu, 13 Februari 2010

Simple Photography : The Camera part #3, Aperture !!


Aperture atau diafragma adalah mekanisme didalam lensa untuk mengatur banyak cahaya yang masuk ke kamera. Biasanya mekanisme ini berbentuk bilah-bilah tipis yang banyak jumlahnya, yang membentuk lubang yang bisa membesar/mengecil, tergantung setting yang kita lakukan. Aperture diatur biasanya dengan memutar aperture ring di lensa, dengan memutarnya sampai menunjukkan nilai tertentu. Nilai yang tertera di aperture lensa merupakan skala terbalik dari area lubang yang terbentuk. Jadi saat nilai yang kita pilih kecil, lubangnya besar, saat nilai yang kita pilih besar, lubangnya kecil.

Nilai yang umum ada di aperture ring lensa biasanya :
..., f1.4, f2, f2.8, f4, f5.6, f8, f11, f16, f22, f32, ...

kalau susah menghapalnya, saya biasanya cuma mengingat angka 1 dan 1.4, sisanya kali dua terus..
1, 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, dst

Jadi aperture f1.4 = lubangnya lebih besar daripada lubang di aperture f5.6 (angkanya sih lebih besar 5.6, namanya juga skala terbalik)

Seperti sudah kita ketahui saat anda baca artikel tentang "speed" sebelumnya, ada istilah 1 stop yang artinya cahaya naik jadi 2x lipat atau turun jadi 1/2nya. Di aperture, istilah 1 stop juga berlaku. Jarak antar skala diatas sebenarnya = 1 stop. dari f1.4 ke f2, dari f2 ke f2.8, semua jaraknya 1 stop. Tampak kurang linear bukan (tidak seperti speed yang benar-benar kelipatan 2 atau 1/2), tapi sebenarnya linear.

Skala itu adalah skala kebalikan dari jari-jari atau diameter lubang yang terbentuk. Luas sebuah lubang, saat kita tau jari-jarinya = phi x R x R = phi x R kuadrat.
saat skala aperture = f1, luas areanya (karena skalanya terbalik)= 1 / (phi x 1 kuadrat) = 1/phi
saat skala aperture = f1.4, luas areanya = 1/ (phi x 1.4kuadrat) = 1/2phi
saat skala aperture = f2, luas areanya = 1/ (phi x 2kuadrat) = 1/4phi
kalau dilanjutkan f2.8 = 1/8phi, f4 = 1/16phi, dst
Apakah anda sudah bisa melihat ke-linearan skala tadi ??

f1, f1.4, f2, f2.8, f4, f5.6, f8, f11, ... akan menunjukkan luas area aperture =
1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128
yang menunjukkan bahwa skala-skala tersebut linear dengan kelipatan 2 (atau 1/2).. jadi jelaslah bahwa jarak dari f1 ke f1.4 = 1 stop, karena luas area lubangnya berkurang jadi 1/2nya, jadi cahaya juga berkurang 1/2 dari semula.

Lensa, pada umumnya akan ditulisi seberapa besar kemampuannya memasukkan cahaya. Kalau anda perhatikan lensa anda dari depan, biasanya ada tertulis focal length (tipe lensa) dan aperture terbesarnya. Sebuah contoh, lensa pentax saya punya tulisan SMC Pentax 50mm f1.4. berarti itu lensa dengan focal length 50mm, aperture terbesarnya di f1.4. Pada contoh gambar diatas, tampak sekilas tulisan Konica Hexar Lens 35mm f2, berarti focal lengthnya 35mm, aperture terbesarnya f2. Kalau lensa anda lensa zoom (lebih dari satu focal length), maka biasanya tulisan didepan lensa akan menunjukkan aperture terbesar di focal length minimum, dan juga di focal length maksimum. Misalkan lensa zoom saya, tertulis SMC M 40-80mm f2.8-4
berarti itu lensa zoom dengan kemampuan focal length dari 40mm sampai 80mm, aperture di 40mm paling besar = f2.8, aperture di 80mm paling besar di f4. Anda jadi tau artinya sekarang.

Saat jaman semakin canggih, aperture tidak lagi hanya diatur melalui ring aperture di lensa, tapi juga bisa melalui kamera (tombol atau dial). Biasanya lensa dengan kemampuan ini, di aperture ringnya memiliki posisi "auto", jadi saat aperture di posisi "auto" tersebut, kamera yang mengambil alih pengaturan aperture. Kadang, saking mudahnya mengatur aperture dari kamera, lensa-lensa tertentu bahkan dihilangkan aperture ringnya, alias selalu "auto-aperture". Itulah yang terjadi dengan lensa-lensa jaman sekarang, yang hampir semua aperturenya bisa dikontrol lewat body kamera.

Kalau ngomongin harga, lensa dengan aperture terbesar f1.4 tentu lebih mahal dari lensa dengan aperture terbesar di f2. Selain berbeda dari kemampuan memasukkan cahayanya, juga efek aperture yang didapat di f1.4 tentu berbeda dengan di f2. Efek itu akan dibahas nanti, lanjutkan saja membaca blognya, he..he..

Sabtu, 06 Februari 2010

Simple Photography : The Camera, Part #2 , Shutter Speed


Sebelumnya kita sudah membahas konsep paling gampang tentang bagaimana gambar diciptakan. Saya akan lanjutkan lebih detail tentang salah satu komponen yang sudah membantu menciptakannya : Shutter Speed ( of curtains) atau kecepatan rana.

Shutter Speed adalah berapa lama tirai (curtains) dibuka untuk memasukkan cahaya ke sensor. Semakin lama tirai itu dibuka, semakin banyak cahaya dimasukkan, semakin cepat durasi tirai dibuka, semakin sedikit cahaya dimasukkan.

Shutter speed biasanya tampak seperti berikut :
..., 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, ...
tampak linear, misalkan antara 1s ke 1/2s atau ke 2s, terjadi proses dibagi 2 atau dikali 2.
Cahaya di 2s = 2x cahaya di 1s,
cahaya di 1/2s = 1/2 cahaya di 1s = 1/4x cahaya di 2s
Jarak antara 1s ke 2s atau 1/2s, sering disebut 1 stop atau 1 ev, yaitu saat cahaya bertambah menjadi 2x lipat atau berkurang jadi 1/2nya. Tentunya ada keterangan lain untuk menyebutkan apakah jarak tersebut ke arah lebih terang (lebih banyak cahaya), atau lebih gelap (lebih sedikit cahaya)

Jadi, jarak dari 1s ke 1/2s = 1 stop lebih gelap, jarak 1s ke 1/4s = 2 stop lebih gelap, dst.

Lalu jarak dari 1/8s ke 1/15s, atau 1/60s ke 1/125s ? agak sedikit tidak linear bukan ?
Well, sebenarnya linear, hanya skalanya saja yang di "ubah" supaya orang lebih enak melihatnya, juga hubungan ke skala berikutnya.
Misalkan skalanya dirubah ke 1/8s, 1/16s, 1/32s, 1/64s, 1/128s, 1/256s, 1/512s, 1/1024s, lebih nggak enak kan lihatnya..he.he..

jadi jarak antara skala dibawah ini = 1 stop :
..., 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, ...

Jadi anda sudah mengerti apa itu shutter speed dan kemampuannya mengatur cahaya, efek lainnya terhadap foto akan dibahas dibagian lain blog saya.

Selasa, 12 Januari 2010

Simple Photography : The Camera, part #1


Kamera adalah alat mutlak dalam fotografi. Kamera yang bisa dipakai bisa apa saja, dari kamera analog (film) atau digital, SLR (single lens reflek) atau rangefinder, kamera mahal atau murah, kamera hp atau bawaan camcoder, semua bisa dipakai.

Semua kamera, umumnya memiliki konsep yang sama :

1. memiliki media perekam cahaya (sensor digital/film) yang mempunyai sifat "memorize" atau merekam. Kalau sensor/film = papan tulis hitam, maka cahaya = kapur tulisnya. ketika cahaya jatuh ke sensor/film, itu seperti kapur yang di goreskan ke papan tulis. semakin banyak cahaya diberikan, semakin terang gambarnya dan kalau berlebihan bisa jadi putih semua (sifat sensor = memorize, ingat)

2. memiliki mekanisme tirai (curtains) yang bisa membuka menutup untuk memasukkan cahaya ke sensor/film. Tirai biasanya di body kamera, tepat didepan posisi sensor/film. Tirai ini bisa diatur berapa lama membukanya. Maka kita kenal istilah Shutter Speed atau kecepatan tirai, yaitu lamanya tirai itu membuka, misalkan di kamera film tua (misalkan Pentax K1000) punya speed dari 1s-1/1000s (1detik - 1/1000detik). Semakin lama tirai membuka, semakin banyak cahaya masuk ke sensor, dan sebaliknya.

3. memiliki mekanisme aperture(diafragma) di lensanya, berupa lubang yang dapat diatur besar kecil area lubangnya untuk mengatur cahaya. semakin besar lubangnya, semakin banyak cahaya yang masuk, dan sebaliknya

Prinsip kerja kamera sangat simpel. Cahaya (bisa dari sumber cahaya atau pantulan object) masuk ke lensa, melalui aperture dan shutter curtain (cahaya di atur intensitasnya oleh dua mekanisme ini), lalu masuk sampai ke sensor/film untuk direkam. Jadi deh !!

Lalu bagaimana cara kita mengatur kamera, membidik object yang pas, mengukur cahaya yang tepat dll ? lanjutkan baca blognya kalo begitu.. !!

Simple Photography : The First Concept !!!

Andaikan anda masih SD nih, trus disuruh menggambar oleh guru SD anda "nak, gambarkan pemandangan yang indah di papan tulis", apa yang akan anda lakukan ?
Apakah anda mulai menggoreskan kapur tulis anda sembarangan, atau membayangkan dulu di pikiran anda, gambarnya akan seperti apa..?


Hal yang sama berlaku juga di dalam fotografi, memotret bukanlah sekedar permainan mencet tombol (saja). Menurut saya, hal penting pertama yang harus dilakukan sebelum memotret ialah membayangkan hasil yang anda inginkan. istilah kerennya "PRE-VISUALISASI" (as per Adam Ansel theory), anda melihat jauh kedepan, apa tujuan pencetan tombol kamera ini, anda harus belajar "Melihat hasilnya sebelum tombol shutter dipencet !"

Saya mau gambarnya nanti bercerita tentang hal ini..
Saya mau gambarnya menunjukkan action si A..
Saya mau gambarnya memperlihatkan sisi emosi si B..
Saya mau gambarnya ... (silahkan dilanjutkan)

Setelah anda tau bagaimana hasil yang diinginkan, anda harus berusaha mewujudkannya.
Gimana mewujudkannya ? pelajari semua hal yang mempengaruhi proses terciptanya gambar itu, dan lakukan ilmu yang sudah anda dapatkan..

Gambar (hasil) yang baik adalah gambar yang "bercerita" seperti keinginan pembuatnya.
kalo ceritanya gak sampai, ulangi lagi menggambarnya, lagi dan lagi sampai mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan anda.

Selamat berimajinasi !!!

Selasa, 15 Desember 2009

I get free, I give free.. Simple Photography !!


Setelah sekian lama mempelajari (walau masih nggak ngerti juga) fotografi, sempet kepikiran untuk share beberapa hasil pembelajaran saya, sebisa mungkin dalam konteks yang singkat, biar gak bikin bingung banyak orang, apalagi yang baru mau belajar..

Secara singkat, Fotografi = Melukis.

Bayangkan seorang pelukis yang menyapukan kuasnya ke kanvas, itulah anda dengan kamera anda, menggoreskan CAHAYA ke film/sensor digital didalam kamera anda.

Cahaya ialah kapur tulis anda,
Film/Sensor digital adalah papan tulis hitam kosong yang menanti goresan anda

Walaupun demikian, tidak semua orang dengan kuas bisa menggambar, tidak semua orang dengan kamera bisa menghasilkan gambar yang bagus, butuh usaha, butuh ilmu, butuh ekspresi, butuh "luck". Tapi tentunya untuk menggambar, butuh kuas dan kanvasnya. Minimum requirement ya tentunya sebuah kamera (dan lensa, dan film/sensornya, mau kamera jadul, kamera dslr, whatever). Jangan terlalu khawatir dengan gear anda, khawatirlah dengan kemampuan menggambar anda (dulu).

Bukan (hanya) kuas yang menentukan bagus tidak gambarnya, tapi terlebih pelukisnya..


anyway, daripada keburu bingung, langsung saja saya mulai blog saya dengan apa itu Simple Photography..